Saturday, September 1, 2007

MENGENAL LAYANAN PENDIDIKAN

Pertama kali penulis ingin minta maaf terhadap istilah cacat ganda netra, karena sampai sekarang belum ditemukan kata yang tepat untuk memperhalus istilah tersebut. Namun yang dimaksud dengan cacat ganda netra adalah setiap penyandangnya mempunyai hambatan dalam penglihatan (buta atau low vision) ditambah dengan hambatan lainnya (mis : retardasi mental, bisu tuli, fisik dan lainnya). Ada banyak cacat ganda yang bisa di temui di lapangan, namun penulis ingin membatasinya pada istilah tersebut di atas.

Jika sepintas orang mendengar hal ini, maka dalam bayangannya adalah kondisi yang amat parah bagi setiap yang menyandangnya. Hal ini tidak sepenuhnya salah, namun demikian dapat dijelaskan di sini bahwa jika paradigma kecacatan hanya dilihat dari banyaknya kecacatan yang disandangnya, maka cacat ganda netra tidak pernah akan menikmati haknya dalam pendidikan. Oleh sebab itu seorang pendidik dalam pelayanan ini harus merubah paradigmanya terhadap penyandang cacat ganda netra.

Seorang pendidik harus yakin bahwa mereka dapat belajar (apapun dan berapapun kecacatan yang disandangnya). Untuk bisa membangun keyakinannya tersebut, maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi yang kuat untuk melakukan “assessment”, yaitu menjaring sebanyak kemampuan yang dimiliki oleh setiap penyandang cacat ganda netra. Dengan mendapatkan data tersebut, diharapkan seorang pendidik dapat membangun program belajar. Satu hal yang penting dalam melakukan assessment ini adalah mereka tidak dilihat sebagai orang yang memiliki berbagai macam kecacatan, tetapi tetap dilihat sebagai seseorang yang memiliki kebutuhan khusus.

Oleh karena setiap anak dilakukan assessment, maka program untuk setiap anak sangat individual, jika dalam satu kelas ada 5 anak maka akan ada 5 program. Namun demikian, bukan berarti setiap anak dilayani oleh satu orang pendidik, tetapi harus dilakukan manajemen kelas sedemikian rupa sehingga kebutuhan belajar setiap anak dapat dilayani dengan baik. Menurut pengalaman selama ini, 6-7 anak cukup dilayani oleh 2 orang tenaga pendidik.

Program belajarnya dilakukan dengan berdasarkan pada keterampilan fungsional, yaitu kegiatan sehari-hari yang dijadikan proses belajar mengajar. Sebagai contoh program berenang, maka dalam prosesnya setiap anak akan belajar orientasi dan mobilitas, bina diri (memakai pakaian sendiri, mencuci pakaian), belajar tentang konsep tubuh, permainan air, bahasa. Bobot materinya akan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap anak.

Proses pendidikan tersebut diatas, dalam prakteknya membutuhkan tingkat kesabaran dan waktu yang lebih lama. Barangkali hal inilah yang membedakan dengan jenis pendidikan lainnya. Walaupun demikian bukan berarti bahwa melayani kebutuhan pendidikan bagi penyandang cacat ganda netra adalah hal yang susah, tetapi jenis pelayanan pendidikan ini sangat unik dan sangat menantang. Jika berhasil mencapai kemajuan yang sudah direncanakan, maka tingkat kepuasannya akan jauh lebih tinggi.
Oleh : Sigid Widodo - Direktur Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala

1 comment:

Hastuti said...

Artikel yang luar biasa,..

Keep Growing Pak Sigit

Regards
Hastuti