Thursday, August 27, 2009

Hasil Program Shelter Workshop




Anak-anak yang mengikuti program Shelter Workshop memasarkan hasil perkebunan kepada guru dan staff Rawinala

Perayaan 17-an




Orientasi Mobilitas ke Mekarsari

Anak-anak saat berada di Taman Buah Mekarsari

Shelter Workshop Program





Pertanyaan besar penyelenggaraan pendidikan luar biasa (PLB) di Indonesia adalah, apakah anak bisa bekerja setelah mereka menyelesaikan pendidikannya. Pertanyaan inilah yang selalu membuat gelisan bagi orangtua penyandang berkebutuhan khusus. Untuk mereka yang hanya mempunya “single disable”, barangkali masih ada banyak kemungkinan. Namun untuk mereka yang “multi disable visual impairment (MDVI)”, apakah juga punya kemungkinan yang sama.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mulai tahun ajaran 2009/2010, Rawinala memulai program barunya “Sheltered Workshop”, yaitu tempat kerja terlindung bagi penyandang MDVI. Program ini diperuntukkan bagi mereka yang telah menyelesaikan program sekolah. Memang tidak semua anak dapat masuk program ini, hanya untuk mereka yang sesuai dengat kriteria dasar yaitu dapat mengurus diri sendiri tanpa bantuan.

Untuk jenis kebutuhan khusus ini kecenderungannya tidak bisa bekerja sendiri, melainkan kerja dalam kelompok atau dalam pendampingan. Program yang akan dkembangkan di Rawinala adalah :

1. Perkebunan dan Tanaman hias serta sayuran organik, dengan menggunakan pupuk organik
yang dibuat sendiri.
2. Pengolahan barang-barang bekas, seperti botol dan gelas plastik untuk dijual.
3. Produksi telor asin.
4. Perikanan, saat ini yang sedang dikembangkan adalah ternak lele dan mujair.
5. Music Entertain, yaitu menyediakan group musik seperti campur sari dan band yang siap

diundang dalam acara-acara keluarga atau “event” tertentu.

Kebutuhan untuk menunjang kegiatan tersebut adalah :
1. Alat pencacah sampah organik.
2. Pembelian bibit tanaman dan sayuran
3. Peralatan kerja untuk berkebun.
4. Studio musik kedap suara. Tempat sudah tersedia untuk dijadikan studio musik
5. Landscaping (penataan tanah) untuk dijadikan “kebun sensori”. Lahan sudah tersedia.